Skip to Content

ISCN Gelar Webinar “University and Sustainability Rankings”: Menyatukan Visi Universitas Menuju Pengakuan Global dan Pemenuhan SDGs

Jakarta, 27 September 2025 — Indonesia SDGs Center Network (ISCN) sukses menyelenggarakan Webinar #4: University and Sustainability Rankings – Pathways to Global Recognition, secara daring melalui Zoom, pukul 09.00–12.00 WIB. Webinar ini menghadirkan narasumber dari kalangan akademik dan pemerintahan: Pungkas Bahjuri Ali, Ph.D. (Kepala Seknas SDGs Bappenas) sebagai keynote speaker diwakili oleh Dr. Rachman Kurniawan selaku manajer pilar pembangunan lingkungan Seknas, serta narasumber Dr. Normaliza (Universiti Sains Malaysia), Bayu Arie Fianto, Ph.D. (Presiden ISCN), yang masing-masing menyampaikan perspektif strategis mengenai peran universitas dalam menuju pengakuan global dan kontribusinya terhadap Sustainable Development Goals (SDGs).

Memperkuat Ekosistem Internasional melalui ISCN

Sebagai penyelenggara, ISCN menegaskan komitmennya untuk menjadi platform kolaboratif antar-universitas dalam mengarusutamakan keberlanjutan, baik di tingkat lokal maupun global. Webinar ini menjadi ruang dialog strategis untuk berbagi praktik terbaik, kebijakan internal institusi, dan langkah konkret dalam memaksimalkan reputasi global sebagai instrumen daya tawar dan legitimasi akademik.

Presiden ISCN: Peringkat Global sebagai Jalan Pengakuan Internasional

Dalam paparannya, Bayu Arie Fianto menekankan bahwa universitas harus melihat global ranking—termasuk dalam domain keberlanjutan—bukan sekadar kompetisi, melainkan juga instrumen untuk memperkuat kredibilitas institusi di mata dunia. Peringkat bukan tujuan akhir, melainkan jalan strategis agar universitas dapat diakui sebagai pemain global, membuka peluang kemitraan internasional, dan menarik sumber daya, baik dalam bentuk talenta, dana riset, maupun jejaring kolaborasi.

Bayu Arie memaparkan bahwa posisi ranking global yang baik dapat memberikan value proposition institusional: pengakuan atas keunggulan akademik dan keberlanjutan, daya tarik untuk mahasiswa dan dosen asing, serta mekanisme benchmarking untuk perbaikan kualitas berkelanjutan.

Dr. Rachman Kurniawan: Universitas sebagai Motor Pencapaian SDGs

Sementara itu, Dr. Rachman Kurniawan menyoroti bahwa universitas menempati posisi strategis dalam mewujudkan Agenda 2030 melalui tiga fungsi utama: pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat. Menurutnya, universitas tidak boleh hanya menjadi pencetak lulusan unggul, tapi juga agen perubahan sosial.

Ia mengajak para pengelola kampus untuk merumuskan strategi kelembagaan yang menjaga keseimbangan antara pencapaian akademik dengan orientasi terhadap SDGs—terutama dalam prioritas lokal seperti kemiskinan, ketahanan lingkungan, inklusi sosial, dan kemitraan lintas sektor.

Perpaduan Perspektif: Dari ISCN hingga Implementasi di Kampus

Webinar ini memperlihatkan sebuah sinergi penting antara visi institusional yang digagas ISCN dengan gagasan dari para narasumber:

  • Dr. Normaliza (USM) memberi contoh empiris bagaimana sebuah universitas berhasil menembus peringkat global melalui integrasi strategi keberlanjutan, tata kelola internal, dan kolaborasi eksternal.
  • Bayu Arie Fianto memberi dorongan nilai strategis agar universitas di Indonesia menjadikan ranking global sebagai sasaran (namun dengan kesadaran akan metodologi dan konteks lokal).
  • Dr. Rachman Kurniawan menyuntikkan urgensi bahwa pencapaian SDGs bukanlah target semu, melainkan kewajiban moral dan akademik institusi pendidikan tinggi.

Makna dan Langkah Ke Depan

Dengan adanya Webinar #4 ini, ISCN berhasil menjembatani dialog strategis antar kampus, pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait kebijakan keberlanjutan. Beberapa pesan kunci yang muncul antara lain:

  1. Integrasi SDGs ke inti institusi (governance, riset, pendidikan, dan kemitraan eksternal) adalah syarat utama agar universitas tidak hanya tampil “baik” di papan ranking, tapi juga berdampak nyata.
  2. Ranking global sebagai alat strategis, bukan semata pengukuran — artinya universitas perlu memahami metodologi ranking agar tidak terjebak pada tata-pola “optimasi angka” tanpa esensi.
  3. Kolaborasi lintas institusi dan sektor menjadi penting, terutama melalui jaringan seperti ISCN, agar kampus-kampus dapat bertukar praktik terbaik, data, dan sumber daya.
  4. Perencanaan jangka menengah dan visi berkelanjutan harus mendasari strategi institusional, bukan dorongan reaktif mengejar peringkat sesaat.

Sign in to leave a comment
Lab SDGs IAIN Parepare IAIN Serahkan Peta Jalan dan Modul EcoMasjid kepada Kemenag Sulsel